Hal ini saya tulis setelah membaca media diantaranya
okezone.com dan
kapanlagi.com yang memberitakan kronologis dari kematian teman kami (
Alm Eko Prasetyo). Ternyata setelah kami bertemu sama kedua orangtua korban secara langsung tanggal 10 Februari 2008, kami mendapatkan informasi secara jelas tentang kronologis dari kejadian yang sebenarnya (Berdasarkan cerita dari kedua orang tua Alm.). Tulisan ini sekaligus sebagai bantahan buat berita-berita yang sudah beredar sebelumnya melalui beberapa media.
Jauh sebelum bekerja bareng kami di Jakarta, Alm. pernah bekerja setelah tamat STM, dan dari hasil kerjanya itu Alm. membelikan pompa air listrik buat rumahnya serta mesin cuci. Sedangkan saat bekerja dengan kami, hasil kerjanya selain buat kehidupannya di Jakarta, juga sempat membelikan kamera digital dan baju buat kedua adiknya.
Bulan Juni 2007, Alm. dan dua rekan kami yang lain balik ke Yogyakarta untuk menyelesaikan skripsinya, dan diharapkan setelah skripsinya selesai, mereka bisa kembali lagi ke Jakarta untuk melanjutkan apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Dan setahu kami, Alm. dan dua rekan yang lain memang mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya (itu berdasarkan pada pembicaraan yang kami lakukan jauh hari sebelum kejadian).
Pulang ke Jogja, Alm. betul-betul konsentrasi ke skripsi, sampai-sampai dia sempat kos di Jogja selama 2 bulan (padahal rumahnya di Bantul). Hal ini Alm. lakukan supaya lebih konsentrasi dan dekat dengan kampus. Setelah 2 bulan kos, dia sakit dan sempat diopname di Rumah Sakit dekat rumahnya. Namun dengan keadaan seperti itu, dia masih sempat mengurus dan memikirkan skripsinya.
Setelah agak baikan, Alm. pulang dan melanjutkan konsultasi skripsi sama dosen pembimbingnya, dan disuruh menambah sesuatu buat kelengkapan skripsinya. Memang saat itu Alm. sempat bingung, bagian mana lagi yang harus ditambah, namun pembimbingnya mengatakan supaya skripsinya ditulis terlebih dahulu, baru nanti masalah yang ada dibahas bersama antara Alm. dan Pembimbing. Intinya adalah, bahwa Pembimbingnya ingin supaya Alm. bertemu dulu, supaya bisa diketahui masalahnya dimana. Namun saat itu Alm. tidak menemui Pembimbingnya, dengan alasan bahwa skripsinya belum siap.
Yang selalu dingat oleh ibunya, Alm. adalah seorang pribadi yang baik, taat, tidak pernah membantah perkataan orang tuanya, apalagi menyusahkan. Pernah suatu saat, ketika dia lagi konsentrasi sama skripsinya, Alm. pernah minta dibelikan baju warna putih, alasannya buat persiapan pendadaran. Memang saat itu kami pernah chatting sama Alm., dia cerita kalau Desember 2007 dia akan segera pendadaran. Saat itu kami senang banget, karena kami bisa berkumpul lagi di Jakarta.
Sebelum meninggal, Alm. sempat memberikan semua barang-barang pribadinya, dari baju, sampai laptop sambil mengatakan "Ini barang-barang pribadi saya Bu, bagi saya dunia sudah cukup, cukup Al-Qur'an ini sebagai pegangan saya. Kalau Ibu menginginkan saya jadi anak yang sholeh, Insya Allah sekarang saya sudah menjadi anak yang sholeh". Dan memang sejak saat itu, Alm. menjadi lebih rajin sholat dan selalu tepat waktu, bahkan Alm. bersama keluarga selalu sholat Tahajut berjamaah.
Sehari sebelum kejadian, Alm. ceria sekali. Sampai-sampai ibunya sempat menangis karena melihat perubahan anaknya. Saat itu Alm. mengatakan sambil memmeluk ibunya, "Kok ibu nangis? Kalau saya sedih ibu nangis, saya senang ibu juga menangis. Trus saya harus bagaimana supaya ibu tidak menangis?". Ibunya bilang "Kalau kamu susah Ibu menangis juga karena ikut merasakan kesusahan kamu. Kalau kamu senang, ibu menangis karena senang melihat kamu bahagia".
Hari Selasa, 15 Januari 2008, seperti biasa orang tua Alm. melakukan aktifitas seperti biasa. Ibunya berangkat ke sekolah untuk mengajar, dan Bapaknya menjaga toko mereka, adik perempuan nomor dua pergi untuk suatu urusan, dan adiknya yang paling kecil pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Ibu Alm. sempat berpesan, supaya jangan lupa makan. Makanan sudah disediakan, tinggal diambil. Hal seperti ini sudah menjadi rutinitas di keluarga itu setiap hari, tidak ada yang aneh sama sekali.
Siang harinya (sekitar habis waktu Sholat Dhuhur), seperti biasa Bapaknya pulang ke rumah, dan menemukan rumahnya terkunci dari dalam. Setelah dipanggil beberapa kali tidak ada sahutan sama sekali, akhirnya Bapaknya berinsiatif untuk mendobrak pintu samping rumah. Saat pintu terbuka, terlihat jenazah Alm. dalam keadaan nyandar di tiang rumah. Yang jelas, menurut Bapaknya Alm., wajah Alm. sama sekali tidak kelihatan seperti orang yang kesakitan (sebagaimana lazimnya orang yang bunuh diri), malah wajahnya keliatan berseri.
Entah siapa yang melaporkan, siang itu juga Polisi langsung tiba di lokasi kejadian, bahkan kedua orangtua Alm. juga kaget, mengapa hampir semua orang yang ada, bahkan polisipun menyangka Alm. melakukan bunuh diri. Padahal di tempat kejadian tidak ada sama sekali bukti yang mengarah kepada hal ini. Apakah karena kondisi tubuh Alm. saat itu dalam keadaan bersandar di tiang rumah, akhirnya orang sekitar dan polisi menyimpulkan bahwa Alm. melakukan bunuh diri? Kenapa tidak bertanya langsung kepada orang yang melihat pertama kali, yakni Bapak Alm.? Inilah sampai sekarang yang masih menjadi beban dari kedua orangtua Alm. dan keluarga.
Memang berita sudah terlanjur beredar, namun semoga dengan adanya tulisan ini, pembaca mendapatkan informasi yang sebenarnya. Satu yang bisa kita ambil hikmah dari masalah ini bahwa "Pemberitaan Media Tidak Selalu Benar". Jika ada kesempatan, ada baiknya kita melakukan cross cek kepada sumber aslinya.